SUARA GOWA

SUARA GOWA

Rabu, 20 April 2011

KABUPATEN GOWA Kondisi Geografis dan Lingkungannya..


Kondisi Lingkungan & Geografis Kabupaten Gowa


A. Geografis Kab.Gowa

Kabupaten Gowa berada pada 12°38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5°33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya antara 12°33.19' hingga 13°15.17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang Selatan dari Jakarta.
Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.
Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni  Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni  Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.
Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi, wilayah Kabupaten Gowa  dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km.
Di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km2 yang dapat menyediakan air irigasi  seluas + 24.600 Ha, komsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3 dan untuk pembangkit tenaga listrik tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.
Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim  kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-Nopember.
Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125°C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli - September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.
Untuk lebih jelasnya gambaran umum kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Gowa berdasarkan komposisi luas dan jarak dari Sungguminasa sebagai Ibukota Kabupaten Gowa dapat dilihat pada tabel berikut ini:





Tabel 1
Ibu Kota Kecamatan, Jarak dan Luas Kecamatan
Tahun 2010
No
Kecamatan
Ibukota Kecamatan
Jarak dari Ibukota Kab. (Km)
Luas Kecama-tan (Km2)
% Thd Luas Kab.
1.
Bontonompo
Tamallayang
16
30,39
1,61
2.
Bontonompo Selatan
Pabundukang
30
29,24
1,55
3.
Bajeng
Kalebajeng
12
60,09
3,19
4.
Bajeng Barat
Borimatangkasa
15,80
19,04
1,01
5.
Pallangga
Mangalli
2,45
48,24
2,56
6.
Barombong
Kanjilo
6,5
20,67
1,10
7.
Somba Opu
Sungguminasa
0,00
28,09
1,49
8.
Bontomarannu
Borongloe
9
52,63
2,79
9.
Pattallassang
Pattallasssang
13
84,96
4,51
10.
Parangloe
Lanna
27
221,26
11,75
11.
Manuju
Bilalang
20
91,90
4,88
12.
Tinggi Moncong
Malino
59
142,87
7,59
13.
Tombolo Pao
Tamaona
90
251,82
13,37
14.
Parigi
Majannang
70
132,76
7,05
15.
Bungaya
Sapaya
46
175,53
9,32
16.
Bontolempangan
Bontoloe
63
142,46
7,56
17.
Tompobulu
Malakaji
125
132,54
7,04
18.
Biringbulu
Lauwa
140
218,84
11,62
JUMLAH
1.883,33
100

B. Lingkungan Kab. Gowa
Secara geologi daerah ini tersusun oleh batuan-batuan sediment dan terobosan
Formasi Camba yang berumur Tersier, batuan gunungapi dan terobosan yang
termasuk dalam kelompok batuan Gunungapi Baturappe-Cindako berumur Tersier,
batuan Gunungapi Lompobatang yang berumur Kuarter, serta endapan alluvial.
Daerah dataran yang merupakan daerah terendah di atas permukaan laut, umumnya
ditempati oleh endapan alluvial. Kelompok batuan Formasi Camba dan batuan
gunungapi Tersier umumnya menempati daerah perbukitan dan hanya sebagian kecil
yang berada di daerah dataran serta di daerah dataran bergelombang; sedangkan
daerah pegunungan yang merupakan bagian tertinggi dalam wilayah Kabupaten
Gowa tersusun oleh batuan gunungapi Kuarter.
Daerah dataran yang umumnya tersusun oleh endapan alluvial merupakan wilayah air
tanah produktivitas sedang-rendah. Sedangkan daerah yang tersusun oleh batuan
sedimen Formasi Camba dan Batuan Gunungapi termasuk batuan terobosan berumur
Tersier merupakan wilayah airtanah dengan produktivitas sangat rendah hingga
langka airtanah. Daerah pegunungan termasuk wilayah airtanah produktivitas sedang
kecuali sebagian daerah di sekitar puncak merupakan wilayah airtanah langka.
Bahan galian berupa pasir dan lempung banyak ditambang di daerah dataran
terutama di daerah Bajeng, sedangkan sirtu di daerah lembah sungai Jeneberang di
bagian hulu bendung Bili-Bili. Daerah bergelombang sering dibuat menjadi lebih landai
bahkan datar dengan menggalinya sebagai tanah urug dan batubelah terutama di
daerah yang tersusun oleh endapan gunungapi Tersier. Formasi Camba oleh para
peneliti sebelumnya diinformasikan mengandung lapisan tipis batubara, sedangkan
intrusi batuan gunungapi Baturappe-Cindako antara lain menghasilkan mineralisasi
logam mulia.
Dari segi kebencanaan, daerah Kabupaten Gowa ini tidak termasuk daerah yang
rawan gempa bumi karena kondisi geologi lokal dan posisi tektoniknya yang jauh dari
zona-zona sumber gempabumi. Daerah ini juga aman dari bencana gunungapi
karena gunungapi terdekat yaitu Lompobattang sudah termasuk kategori padam.
Namun beberapa tempat termasuk sangat rawan terhadap bencana gerakan tanah
seperti di sebagian lereng gunung Bawakaraeng dan sebagian daerah perbukitan
yang terjal. Selain itu daerah lembah sungai Jeneberang juga rawan terhadap
bencana banjir bandang.
Analisis Geologi Lingkungan dan skoring setiap komponen geologi lingkungan yang
dimiliki oleh semua daerah dan dianggap berpengaruh terhadap pengembangan
wilayah menunjukkan nilainya berkisar antara 33-62 atau kurang leluasa hingga cukup
leluasa untuk dikembangkan, kecuali daerah tertentu yang tersisihkan merupakan
daerah yang tidak layak kembang.
Daerah yang cukup leluasa untuk dikembangkan direkomendasikan sebagai kawasan
budidaya umum utamanya pertanian tanaman pangan semusim dan
pengembangan kawasan non pertanian seperti pemukiman, perkantoran dan
perdagangan. Sedangkan sebagian besar daerah yang agak leluasa lainnya dan
daerah yang kurang leluasa untuk dikembangkan merupakan daerah yang
direkomendasikan sebagai kawasan budidaya terbatas umumnya pertanian (termasuk
hutan). Adapun daerah yang tidak layak kembang maka direkomendasikan sebagai
kawasan lindung. Daerah yang cukup leluasa untuk dikembangkan sebagian besar
terletak di dataran Sungguminasa - Takalar, sedangkan yang tidak layak menempati
daerah di sekitar puncak perbukitan dan pegunungan terjal, sempadan sungai,
waduk/danau dan mata air.

 Berikut ini lampiran beberapa gambar lingkungan Kab. Gowa
Gambar 1.1 Gunung Bawa Karaeng  setelah longsor


Gambar 1.2. bendungan bili-bili yang sempat retak